official web blog ms-selvi

Blog ini saya buat dalam rangka ikut berpatisipasi dalam lomba web blog Darmajaya. dan untuk memecahkan rekor MURI x)

Rabu, 23 Juli 2008

Peran Media online


Media online, detik.com, kompas.com, astaga!com, satunet.com, oke.com & kopitime.com tampak marak bahkan berusaha go-public dengan harga tinggi. Komunitas harus dibangun untuk mendongkrak harga IPO, jangan jatuh seperti di Nasdaq. Keberhasilan memperpendek waktu tayang berita dari sumber beritanya dalam orde menit menjadikan media online kompetitor media cetak & elektronik & membuat LKBN Antara kelabakan. Indikasi ini ada di cache server jaringan internet pendidikan & WARNET. Sukses media online disebabkan hilangnya mekanisme kontrol orde baru DEPPEN, walaupun mekanisme kontrol sebaiknya tetap ada & diganti self-sensor & content rating oleh masyarakat & media.

Isu standar di dunia media adalah information balancing, pluralisme informasi untuk melawan hegemoni informasi. Teknologi memungkinan implementasi radio komunitas di band AM berkekuatan 10-100 watt & menjadi alternatif rakyat kecil untuk meneriakan suaranya tanpa perantara siapapun termasuk mahasiswa. Jaringan antar radio komunitas dapat bertumpu pada jaringan interaktif WARNET akan menyangga keaneka ragaman informasi yang terbangun secara swadaya dan swadana masyarakat. Teknologi Internet real-audio, real-video memungkinkan terbangun secara murah jaringan radio komunitas bahkan televisi komunitas. Implementasi teknologi ini dilakukan untuk menjaga keaneka ragaman informasi di masyarakat.

Pers kampus tampaknya aktif membangun jaringan mereka dan berusaha menyuarakan hati nurani rakyat. Jawa tengah dimotor pers mahasiswa UGM di kampusonline@egroups.com dan angkringan@egroups.com. Bukan mustahil kelancaran informasi secara vertikal memungkinkan aktualisasi rakyat tanpa perlu berhadapan PHH dan meminimalkan korban jiwa, dalam berdemokrasi, bahkan bila perlu tanpa mekanisme perwakilan / kepartaian yang mempertanyakan fungsi KPU.

Sejarah Internet Indonesia/Internet Pendidika


Internet Pendidikan sejak awal merupakan inti proses pembangunan Internet di Indonesia. Internet adalah media untuk mentransfer informasi & pengetahuan, konsekuensinya mereka yang terdidik / berpendidikan yang akan dapat memanfaatkan Internet secara maksimal.

Awal jaringan paket radio di Bandung tahun 1993-1995, telah mulai menyambungkan sekolah-sekolah seperti STM Pembangunan di Cimahi, UNPAD, dan UNPAR menggunakan walkie talkie ke gateway di ITB.

Di tahun 1997-2000-an, Jaringan AI3 Indonesia [1] barangkali merupakan jaringan Internet pendidikan skala besar yang sifatnya relatif swadaya masyarakat yang pertama beroperasi di Indonesia. Backbone antar kota menggunakan leased line dari divisi network telkom maupun VSAT dari Elektrindo Nusantara.

Di bawah kepemimpinan DR. Gatot HP yang waktu itu menjabat sebagai Direktur Pendidikan Menengah Kejuruan di DIKNAS. Sekitar tahun 2000, rekan-rekan di SMK se Indonesia mulai mengembangkan Jaringan Informasi Sekolah tempat sharing pengetahuan antar guru SMK. Terutama mengandalkan mailing list dikmenjur@yahoogroups.com.

Tahun 2004-an, SMK mulai mengembangkan WAN KOTA yang konsepnya adalah membuat ISP kecil di sebuah kota untuk sekolah-sekolah di kota tersebut agar dapat mengakses Internet secara bersama-sama dengan biaya murah. Implementasi WAN KOTA dilakukan di sekitar 30-an kota di Indonesia. Mereka yang berhasil adalah yang mempunyai SDM yang baik dengan di barengi motivasi dan semangat juang untuk membangun jaringan di kotanya. Salah satu yang berhasil baik adalah WAN DKI di SMK Jayawisata yang di pimpin oleh Bona Simanjuntak.

Tahun 2005, ICT Center di kembangkan lebih lanjut di SMK - SMK yang baik untuk menjadi pusat pelatihan IT bagi kalangan pendidikan maupun masyarakat umum di sebuah kota. Lagi lagi SMK Jayawisata di Kali Malang Jakarta Timur di bawah pimpinan Bona Simanjuntak menjadi salah satu ICT Center terbaik di Indonesia.

Telkom menyadari pentingnya literasi Internet dan komputer di kalangan anak muda Indonesia yang menentukan masa depan Indonesia dan tentunya pasar Internet Indonesia. Tahun 2004, Telkom mulai mencanangkan program Internet Goes to School (IG2S) yang di pertengahan 2004 dimulai dengan program workshop / pelatihan Internet gratis di berbagai kota di seluruh Indonesia oleh DIVRE-DIVRE Telkom yang membuat ratusan ribu pelajar, guru bahkan mahasiswa Indonesia menjadi tahu Internet.

Kemudian hari di tahun 2005, beberapa DIVRE Telkom juga melakukan manuver untuk memberikan pinjaman lunak ke sekolah-sekolah yang ingin membangun Lab. Komputernya di sekolah.

Pada tahun 2006, dipelopori oleh Dr. Ir. Gatot Hari Priowirjanto yang saat itu menjabat sebagai Kepala Biro Perencanaan dan Kerjasama Luar Negeri, Departemen Pendidikan Nasional atau Depdiknas membuat gebrakan baru dengan membuat sistem jaringan berskala Nasional yang disebut dengan Jejaring Pendidikan Nasional atau JARDIKNAS. Jejaring ini menghubungkan 464 titik (sampai 1 April 2007) yang menyambungkan 390 Dinas pendidikan Kota/Kabupaten, 33 Kantor Dinas Pendidikan Propinsi, 20 Perguruan tinggi penyelenggara program teknisi Jardiknas, 3 Unit Depdiknas Pusat, 2 PPPG, 5 BPPLSP dan 1 LPMP. Seluruh sistem ini terhubung menggunakan teknologi MPLS dengan memanfaatkan infrastruktur jaringan dari PT. Telkom. Selain menghubungkan seluruh titik di atas, Jardiknas yang berpusat di Gedung C Lantai 7 Depdiknas Senayan Jakarta, dihubungkan dengan link Internasional sebesar 50 Mbps dan link ke OpenIX sebesar 100 MBps.

Sumber: http://id.wikibooks.org/wiki/Sejarah_Internet_Indonesia/Internet_Pendidikan

Permasalahan Internet Untuk Pendidikan


Internet dapat dijadikan sebagai media pendidikan. Tetapi mengapa internet sebagai media pendidikan tidak dimanfaatkan secara optimal di Indonesia, khususnya di Lampung? Ada beberapa alasan, di mana sebagian akan diungkapkan pada bagian-bagian di bawah ini.

· Kurangnya penguasaan bahasa Inggris.

Suka atau tidak suka, sebagian besar informasi di Internet tersedia dalam bahasa Inggris. Penguasaan bahasa Inggris menjadi salah satu keunggulan (advantage).

· Kurangnya sumber informasi dalam bahasa Indonesia.

Kita sadari bahwa tidak semua orang Indonesia akan belajar bahasa Inggris. Untuk itu sumber informasi dalam bahasa Indonesia harus tersedia. Saat ini belum banyak sumber informasi pendidikan yang tersedia dalam bahasa Indonesia. Konsep berbagi (sharing), misalnya dengan membuat materi-materi pendidikan di Internet, belum merasuk. Inisiatif langka seperti ini sudah ada namun masih kurang banyak. Contohnya:

Untukmu Indonesia (http://untukmu.Indonesiaforum.org)

· Akses Internet masih mahal.

Meskipun sudah tersedia, akses ke Internet masih mahal. Namun hal ini diharapkan akan menjadi lebih murah di masa yang akan datang. Diharapkan akselerasi penurunan harga menjadi fokus utama dari Pemerintah. Mekanisme lain adalah adanya subsidi dari pemerintah untuk institusi pendidikan.

· Akses Internet masih susah diperoleh.

Beberapa daerah, terlebih daerah terpencil, belum memiliki jalur telepon yang dapat digunakan untuk mengakses Internet.

· Guru belum siap.

Guru di Indonesia masih belum siap untuk menggunakan Internet sebagai bagian dari pengajarannya. Padahal guru merupakan salah satu pengguna yang dapat memanfaatkan Internet sebaik-baiknya. Salah satu contohnya adalah mencari soal-soal latihan untuk kelasnya. Jika setiap guru di Indonesia membuat dua (2) soal dan menyimpannya di Internet, maka akan ada ribuan bahkan bisa jutaan soal yang dapat digunakan untuk latihan di kelas.

· Minat baca yang kurang.

Tidak semua orang suka membaca, terutama hal-hal yang berhubungan dengan pendidikan. Sebagian besar dari mereka yang suka membaca, terutama yang masih remaja, lebih senang membaca bacaan yang menghibur seperti komik dan novel.

Jika semua permasalahan di atas dapat ditanggulangi, maka internet untuk pendidikan bukanlah merupakan hal yang sulit.

Internet Untuk Pendidikan

Internet berawal dari institusi pendidikan dan penelitian di Amerika Serikat. Penggunaan Internet untuk kepentingan bisnis baru dilakukan semenjak tahun 1995, belum genap enam (6) tahun yang lalu. Di luar negeri, Internet ini sering diasosiasikan dengan perguruan tinggi, sementara di Indonesia, Internet lebih diasosiasikan dengan bisnis (ISP, e-commerce) dan entertainment.

Manfaat Internet Bagi Pendidikan

Agak janggal bagi penulis untuk menuliskan manfaat Internet bagi pendidikan. Namun, untuk memperjelas maka akan penulis ulas secara singkat manfaat Internet bagi pendidikan.

Akses ke sumber informasi. Sebelum adanya Internet, masalah utama yang dihadapi oleh pendidikan (di seluruh dunia) adalah akses kepada sumber informasi. Perpustakaan yang konvensional merupakan sumber informasi yang sayangnya tidak murah. Buku-buku dan jurnal harus dibeli dengan harga mahal. Pengelolaan yang baik juga tidak mudah. Sehingga akibatnya banyak tempat di berbagai lokasi di dunia (termasuk di dunia Barat) yang tidak memiliki perpustakaan yang lengkap. Adanya Internet memungkinkan mengakses kepada sumber informasi yang mulai tersedia banyak. Dengan kata lain, masalah akses semestinya bukan menjadi masalah lagi.

Internet dapat dianggap sebagai sumber informasi yang sangat besar. Bidang apa pun yang anda minati, pasti ada informasi di Internet. Contoh-contoh sumber informasi yang tersedia secara online antara lain:

Library

Online Journal

Online courses. MIT mulai membuka semua materi kuliahnya di Internet.

Di Indonesia, masalah kelangkaan sumber informasi konvensional (perpustakaan) lebih berat dibanding dengan tempat lain. Adanya Internet merupakan salah satu solusi pamungkas untuk mengatasi masalah ini.

Akses ke pakar. Internet menghilangkan batas ruang dan waktu sehingga memungkinkan seorang siswa berkomunikasi dengan pakar di tempat lain. Seorang siswa di Makassar dapat berkonsultasi dengan dosen di Bandung atau bahkan di Palo Alto, Amerika Serikat.

Media kerja sama. Kolaborasi atau kerja sama antara pihak-pihak yang terlibat dalam bidang pendidikan dapat terjadi dengan lebih mudah, efisien, dan lebih murah.